|
|
Gorontalo yang berusia lima tahun pada 17 Februari 2006 lalu, mencatat pembangunan pesat di bidang ekonomi berbasis agropolitan hanya dalam hitungan seumur jagung. Secara kebetulan, pesatnya agropolitan Gorontalo itu juga berkat pengembangan tanaman jagung. Secara geografis, provinsi muda itu diapit oleh Laut Sulawesi di sebelah utara, Provinsi Sulut di sebelah timur, Teluk Tomini di sebelah selatan, dan Provinsi Sulteng di sebelah barat. Provinsi Gorontalo memiliki luas wilayah sebesar 12.215,45km2. Perekonomian masyarakat Gorontalo sebelum tahun 2001 boleh dibilang tertinggal dibandingkan dengan provinsi lain di sekitarnya, bahkan di antara provinsi lain di kawasan Indonesia Timur.
|
|
|
Dipilihnya
jagung sebagai budidaya primadona masyarakat Gorontalo oleh pemerintah
daerah
sebagai prioritas pengembangan daerah adalah keterkaitan yang erat
dengan
masyarakat Gorontalo
yang memiliki ragam budidaya tanaman hortikultura yang semuanya
memiliki
potensi untuk dikembangankan misalnya kelapa, cengkeh, padi, kedelai,
kacang
tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar dan tebu, Khusus tanaman tebu
telah
lama menjadi tanaman andalan kabupaten Boalemo. Ratusan hektar tanaman
tebu
dapat dilihat di wilayah Paguyaman dan Tilamuta yang seluruh hasil
produksi
Keberhasilan budidaya jagung, juga tak
lepas dari kebijakan pemerintah
daerah di bidang perlindungan harga dasar jagung sehingga masyarakat
memiliki
motivasi yang kuat untuk menanam jagung. Perlindungan harga di tingkat
petani
dituangkan dalam bentuk perda sehingga memiliki kekuatan hukum yang
cukup untuk
mengatur harga komoditi tersebut.
Lantaran mutu, jagung Gorontalo dikenal tak hanya di Asia tapi juga Afrika. Ekspor jagung Gorontalo antara lain ke Malaysia dan Singapura dengan total 275.000 ton pertahun yang tadinya hanya 70-80 ribu ton pertahun. |