Objek wisata
ini terletak di atas
bukit di Kelurahan Dembe, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo. Benteng
ini
dibangun sekitartahun 1522.
Adapun sejarah pembangunan benteng ini adalah sebagai berikut.
Sekitar abad ke-15,dugaan orang bahwa sebagian besar daratan Gorontalo
adalah
air laut. Ketika itu,Kerajaan Gorontalo di bawah Pemerintahan Raja
Ilato, atau
Matolodulakiki bersama permaisurinya Tilangohula (1505–1585).
Mereka memilik
tiga keturunan, yakni Ndoba (wanita),Tiliaya (wanita),dan Naha
(pria).Waktu usia
remaja,Naha melanglang buana ke negeri seberang,sedangkan Ndoba dan
Tiliaya
tinggal di wilayah kerajaan.
Suatu ketika sebuah kapal layar Protugis singgah di Pelabuhan Gorontalo
Karena
kehabisan bahan makanan, pengaruh cuaca buruk, dan gangguan bajak laut.
Mereka menghadap kepada Raja Ilato.
Pertemuan tersebut menghasilkan sebuah
kesepakatan, bahwa untuk memperkuat pertahanan dan keamanan negeri,
akan
dibangun atau didirikan tiga buah benteng di atas perbukitan Kelurahan
Dembe,
Kecamatan Kota Barat yang sekarang ini, yakni pada tahun 1525.
Ternyata, para nakhoda
Portugis hanya memperalat Pasukan Ndoba dan Tiliaya
ketika akan mengusir bajak laut yang sering menggangu nelayan di
pantai.Seluruh
rakyat dan pasukan Ndoba dan Tiliaya yang diperkuat empat Apitalau,
bangkit dan
mendesak bangsa Portugis untuk segera meninggalkan daratan
Gorontalo.Para
nakhkoda Portugis langsung meninggalkan Pelabuhan Gorontalo.
Ndoba dan Tiliaya tampil sebagai dua tokoh
wanita pejuang waktu itu langsung
mempersiapkan penduduk sekitar untuk menangkis serangan musuh dan
kemungkinan
perang yang akan terjadi.Pasukan Ndoba dan Tiliaya,diperkuat lagi
dengan
angkatan laut yang dipimpin oleh para Apitalau atau ‘kapten
laut’, yakni
Apitalau Lakoro, Pitalau Lagona, Apitalau Lakadjo, dan Apitalau
Djailani.
Sekitar tahun 1585, Naha menemukan kembali
ketiga benteng tersebut. Ia
memperistri seorang wanita bernama Ohihiya.Dari pasangan suami istri
ini
lahirlah dua putra, yakni Paha (Pahu) dan Limonu.Pada waktu itu terjadi
perang
melawan Hemuto atau pemimpin golongan transmigran melalui jalur utara.
Naha dan
Paha gugur melawan Hemuto. Limonu menuntut balas atas kematian ayah dan
kakaknya. Naha, Ohihiya, Paha, dan
Limonu telah memanfaatkan ketiga benteng tersebut sebagai pusat
kekuatan pertahanan.
Dengan latar belakang peristiwa di atas,maka ketiga benteng dimaksud
telah
diabadikan dengan nama sebagai berikut. Pertama, Otanaha.
Ota artinya benteng. Naha adalah orang yang menemukan benteng tersebut.
Otanaha
berarti benteng yang ditemukan oleh Naha.
Kedua,Otahiya. Ota artinya benteng. Hiya akronim dari kata
Ohihiya, istri Naha
Otahiya, berarti benteng milik Ohihiya. Ketiga Ulupahu.Ulu akronim dari
kata
Uwole,artinya milik dari Pahu adalah putera Naha.Ulupahu berarti
benteng milik
Pahu Putra Naha.
Benteng Otanaha, Otahiya, dan Ulupahu dibangun
sekitar tahun1522 atas prakarsa
Raja Ilato dan para nakhoda Portugis.